Onetime.id, Lampung Selatan – Limbah pertanian kerap dianggap tak bernilai, hanya dibuang atau bahkan dibakar. Salah satunya tongkol jagung, bagian tanaman yang tertinggal setelah biji dipipil.
Namun, di tangan peternak Koperasi Produksi Ternak (KPT) Maju Sejahtera, Kecamatan Tanjung Sari, Lampung Selatan, limbah ini berubah menjadi pakan bergizi tinggi yang mendongkrak produktivitas ternak.
Melalui teknologi amoniasi, para peternak mampu menyulap tongkol jagung menjadi pakan murah, mudah dicerna, dan bernutrisi lebih tinggi.
Hasilnya, biaya pakan turun hingga 25 persen, ternak lebih sehat, dan pertumbuhan bobot badan lebih cepat.
Indonesia memproduksi lebih dari 19 juta ton jagung per tahun. Sebagian besar dipakai untuk konsumsi manusia dan pakan unggas, sedangkan bagian lain seperti kulit, batang, dan tongkol sering terbuang.
Tongkol jagung selama ini jarang dimanfaatkan karena keras, rendah nutrisi, dan sulit dicerna. Kandungan proteinnya hanya sekitar 3–4 persen. Tak jarang, limbah ini dibakar sehingga menimbulkan polusi udara dan menurunkan kesuburan tanah.
Padahal, potensi ketersediaannya sangat besar. Satu hektare tanaman jagung bisa menghasilkan 1–1,5 ton tongkol. Dengan luas panen jutaan hektare, jumlahnya mencapai puluhan juta ton setiap tahun.
“Inovasi amoniasi bisa meningkatkan kadar protein kasar tongkol jagung hingga 6–9 persen. Teksturnya juga lebih lunak sehingga mudah dimakan ternak,” jelas Prof. Dr. Kusuma Adhianto, S.Pt., M.P., dosen yang memimpin program pendampingan peternak kepada awak media pada Rabu, (24/9/2025).
Amoniasi adalah perlakuan bahan berserat dengan urea dan sedikit air yang ditutup rapat dalam kondisi tanpa oksigen selama 2–3 minggu. Proses ini membuat serat kasar lebih mudah dicerna.
Penelitian menunjukkan tingkat kecernaan tongkol jagung meningkat dari 45 persen menjadi lebih dari 60 persen setelah melalui amoniasi.
Peternak KPT Maju Sejahtera telah merasakan langsung manfaat teknologi ini. Selain menekan biaya pakan hingga seperempatnya, ternak pun tumbuh lebih cepat.
“Sapi-sapi kami jadi lebih lahap makan pakan amoniasi. Dalam tiga bulan bobotnya bisa naik lebih dari 70 kilogram, jauh lebih cepat dibandingkan dulu,” ujar salah satu anggota koperasi.
Selain menguntungkan secara ekonomi, amoniasi juga ramah lingkungan. Setiap satu ton tongkol jagung yang diolah berarti satu ton limbah pertanian tidak lagi mencemari lingkungan.
Penerapan teknologi amoniasi di KPT Maju Sejahtera merupakan bagian dari Program Kemitraan Masyarakat 2025 yang didanai Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi.
Tim pengabdian masyarakat yang dipimpin Prof. Kusuma rutin memberikan pelatihan, mendampingi pembuatan pakan, hingga mengevaluasi performa ternak.
“Kami ingin menunjukkan bahwa tongkol jagung bisa menjadi sumber nutrisi bernilai tinggi bila diolah dengan tepat. Kolaborasi antara akademisi, peternak, dan pemerintah daerah sangat penting agar inovasi sederhana ini memberi dampak besar,” kata Prof. Kusuma.
Pemerintah daerah turut mengapresiasi langkah ini. Menurut mereka, teknologi amoniasi penting untuk meningkatkan kemandirian pakan sekaligus mewujudkan ketahanan pangan dan kesejahteraan peternak lokal.
Keberhasilan KPT Maju Sejahtera diharapkan menjadi model bagi kelompok ternak di daerah lain. Potensi pemanfaatan tongkol jagung di Indonesia mencapai lebih dari 20 juta ton per tahun.
Selain jagung, amoniasi juga bisa diterapkan pada jerami padi dan limbah perkebunan lain, sehingga membuka jalan menuju solusi berkelanjutan bagi masalah pakan.
Tongkol jagung yang dahulu hanya dianggap limbah kini terbukti menjadi “berkah” bagi peternak. Dengan inovasi sederhana, biaya pakan bisa ditekan, produktivitas ternak meningkat, dan lingkungan tetap terjaga.