Onetime.id – Tradisi Sekura, atau yang lebih dikenal sebagai Sekukha, merupakan warisan budaya asli masyarakat Lampung Barat yang masih eksis dan terus dilestarikan hingga saat ini.
Tradisi ini rutin dilaksanakan dalam momentum Idulfitri, tepatnya selama satu pekan pertama bulan Syawal.
Tokoh pemuda Lampung Barat, Feby Satria, menjelaskan bahwa Sekura memiliki sejarah panjang yang erat kaitannya dengan penyebaran agama Islam di wilayah Bumi Skala Brak.
Sekura sendiri berasal dari kata dalam bahasa Lampung yang berarti topeng, yang pada awalnya digunakan dalam konflik internal saat terjadi pergeseran kepercayaan dari animisme ke Islam.

Sejarah dan Asal-Usul Sekura
Islam masuk ke Lampung melalui tiga jalur utama, yakni:
1. Jalur Barat, melalui Minangkabau yang masuk ke Belalau.
2. Jalur Utara, melalui Palembang dan masuk ke Lampung melalui Komering.
3. Jalur Selatan, melalui Banten dan masuk ke Labuhan Maringgai.
Di wilayah Skala Brak, pengaruh Islam dibawa oleh empat pangeran dari Pagaruyung, yaitu Umpu Bejalan, Umpu Belunguh, Umpu Nyerupa, dan Umpu Pernong.
Sebelum kedatangan mereka, wilayah ini masih berada di bawah kekuasaan Kerajaan Skala Beghak, yang bercorak Hindu dan didirikan oleh suku Tumi atau Buay Tumi pada abad ke-3.
Konflik internal pun terjadi saat penyebaran Islam di Skala Brak, terutama dalam pertempuran antara Umpu Belunguh dan Ratu Sekerumong.
Dalam perang saudara tersebut, para penyebar Islam menggunakan topeng Sekura sebagai salah satu strategi dalam menghadapi kelompok yang masih menganut kepercayaan animisme.
Sekura sebagai Tradisi Budaya
Saat ini, Sekura tidak lagi menjadi simbol peperangan, melainkan berkembang sebagai tradisi seni dan budaya yang memperkuat nilai sosial masyarakat Lampung Barat.
Dalam perayaannya, masyarakat mengenakan topeng dan kostum unik, serta berpartisipasi dalam berbagai pertunjukan seni dan hiburan.
Feby Satria menambahkan bahwa Sekura bukan hanya sekadar bentuk pelestarian budaya, tetapi juga menjadi wadah silaturahmi bagi masyarakat dalam suasana Idulfitri.
Tradisi ini terus dijaga oleh masyarakat dan mendapat perhatian dari berbagai pihak agar tetap dikenal oleh generasi mendatang.
Diharapkan, upaya pelestarian Sekura tidak hanya dilakukan oleh masyarakat setempat, tetapi juga mendapat dukungan dari pemerintah daerah dan komunitas budaya agar dapat diperkenalkan ke tingkat nasional maupun internasional.